Assalammu’alaikum Wr. Wb
Indonesia adalah sebuah
negeri dengan untaian 17.000 pulau yang kaya akan sumber daya alam yang melimpah
ruah, baik di darat maupun di lautan. Tercatat bahwa negeri yang luasnya
mencapai 2.3% dari wilayah bumi ini, merupakan negeri makmur yang memiliki
pesisir terpanjang di dunia yakni sepanjang 81.000 km atau 14% dari seluruh
pesisir di dunia. Negeri inijuga memiliki potensi kandungan ikan sebanyak 6,2
juta ton pertahun atau setara dengan 74 Triliun rupiah pertahun. Selain itu,
Indonesia juga memiliki hutan tropis terbesar di Asia Pasifik yakni seluas 115
juta ha yang kaya akan ragam flora dan faunanya yaitu sebanyak 447 species dan
225 diantaranya hanya ada di Indonesia. Terdapat lebih dari 400 species
“dipterocarp” yaitu jenis kayu paling berharga di Asia Tenggara, 25.000 species
tumbuhan berbunga, 515 species hewan mamalia liar atau sebanyak 12% dari
seluruh jumlah species yang ada di dunia. Indonesia juga kaya akan kupu-kupu
“swallowtail” dengan 121 species dan ketiga dunia, terkaya akan reptile yaitu
lebih dari 600 species, keempat terkaya akan burung yaitu 1519 species atau 17%
dari populasi burung di dunia, merupakan nomor 5 di dunia terbanyak untuk
amphibi yaitu 270 species atau 16% dari populasi amphibi di dunia dan masih
banyak lagi yang lainnya. Ditambah lagi Indonesia memiliki barang tambang yang
sangat berharga seperti emas di Papua yang termasuk terbesar sumber daya alam
di dunia dan memiliki cadangan minyak yang melimpah yaitu sebesar 97 miliar
barrel dengan produksi 1,2 juta barrel/hari.
Indonesia pada tahun 2013,
memiliki catatan hutang luar negeri sebesar Rp. 2.177,95 triliun. Seandainya rakyat
Indonesia dilibatkan langsung untuk melunasi hutang pemerintah ini, maka setiap
orang harus menyisihkan dana sebesar Rp.9,1 juta, jumlah yang tidak kecil.
Selain itu jika menggunakan standar Bank Dunia, maka diperkirakan,penduduk
miskin di Indonesia mencapai 100 juta jiwa atau hamper 45-50 persen dari jumlah
penduduk Indonesia sebanyak 243 juta jiwa.
Dengan menggunakan standar Bank Dunia, orang yang bekerja formal saja
bisa masuk kelompok garis kemiskinan.
Jumlah ini melampaui keseluruhan jumlah penduduk Selandia Baru (4 Juta),
Australia (12 Juta) dan Malaysia ( 14 Juta). Meki kadang tumpang tindih, potret
buram kesejahteraan sosial ini akan lebih kelam lagi jika dimasukkan para
Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) atau yang oleh Depsos diberi
label Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang didalamnya berbaris
jutaan gelandang, pengemis, Wanita tuna susila, Orang dengan kecacatan, Orang
dengan HIV/AIDS (ODHA), Komunitas adat terpencil (KAT), Anak Jalanan, Pekerja
anak, Jompo terlantar dan seterusnya. Buramnya kesejahteraan sosial di Indonesia juga
dipertegas oleh rendahnya Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Indonesia dibandingkan dengan negara-negara tetangganya di
kawasan ASEAN. Nilai IPM Indonesia pada tahun 2012 berada di posisi peringkat
ke 121 dari 187 negara. Parahnya lagi, peringkat Indonesia masih jauh di bawah
beberapa negara anggota ASEAN termasuk Singapura,Brunei Darussalam, Malaysia,
Thailand dan Filipina. Data ini menunjukkan bahwa standar hidup orang Indonesia
masih rendah. . Inilah gambaran bahwa demokratisasi yang berlangsung pasca orde
baru tidak membawa kesejahteraan bagi rakyat Indonesia justru yang terjadi
adalah keterpurukan yang nyata.
Wajar bila banyak pertanyaan yang muncul dalam benak masyarakat ketika melihat kondisi Indonesia yang semakin terpuruk ini, yaitu salah satunya adalah “apa yang menyebabkan kondisi ini sangat memprihatinkan?” dan “apakah dengan diadakannya pemilu 2014 mendatang akan memberikan perubahan yang nyata?”Jelas sekali seperti apa yang sudah Allah sampaikan dalam QS Al-Baqarah ayat 50 bahwa kerusakan yang terjadi saat ini adalah akibat dariperbuatan kita yang tidak mengindahkan hukum allah untuk dijadikan sebagai aturan dalam kehidupan. Jika kita flash back sejenak pada tragedy reformasi 1998 lalu, semua masyarakat telah menginginkan perubahan yang lebih baik. Namun sangat disayangkan, dengan mengambil demokrasi yang tidak menjadikan hukum Allah sebagai untuk mengatur kehidupan manusia, maka yang terjadi saat ini bukanlah sebuah perubahan yang lebih baik, namun justru perubahan yang jauh lebih buruk yang kita dapatkan.
“Apakah hukum Jahiliyyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS Al-Maidah [5]: 50)”
Maka wajar jika saat ini Indonesia semakin terpuruk diakibatkan tidak diterapkannya hukum Allah. Karena generasi yang terbentuk dalam demokrasi pun adalah generasi yang bermoral materi yang tidak berakhlak. Banyak sekali generasi yang jauh dari akhlak yang mulia dan ketika ada beberapa generasi yang memiliki ilmu yang tinggi namun bermoral buruk maka terbentuklah cikal bakal pemimpin yang korup, bermain wanita, menindas dan lain sebagainya. Inilah akibat tidak adanya pengaturan dari demokrasi dalam mewujudkan peradaban manusia yang mulia. Selain menciptakan generasi bermoral buruk, demokrasi juga membentuk sebuah kasta yang memiliki ketimpangan yang begitu jauh, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Tentu ini tak akanjauh berbeda dengan kepemimpinan 2 periode lalu yang bukanlah memihak kepada rakyat, namun justru memihak pada korporat. Disahkannya UU Migas, UU Sumber Daya Air, UU Penanaman Modal, UU Minerba dan UU BHP sudah cukup bukti bahwa penguasa dalam sistem demokrasi tidak akan pernah memihak pada rakyat.
Maka dari itu, sudah jelas
bahwa Indonesia pasca pemilu 2014 tidak akan membawa kita pada perubahan namun
yang ada hanya kerusakan yang semakin terpuruk. Sudah saatnya kita keluar dari
sistem yang tidak mengindahkan hukum Allah ini dengan sistem yang Allah
inginkan. Kita tidak butuh pemilu, tapi kita butuh Perubahan Total!!! (MM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar